Turnover Karyawan Tinggi

Masalah antar karyawan

Adanya persaingan tidak sehat dan budaya kerja yang tidak baik dapat membuat karyawan kurang termotivasi dan hilang fokus dalam bekerja sehingga memilih ke luar dari perusahaan tersebut. Terlebih jika atasan tidak dapat bersikap netral dan dipandang lebih berat ke salah satu pihak yang menyebabkan lingkungan kerja menjadi tidak kondusif.

Budaya Perusahaan yang Buruk

Budaya kerja berkaitan erat dengan kebahagiaan karyawan. Mereka lebih menyukai perusahaan yang memiliki budaya kerja positif dan sesuai ideologinya. Tingkat turnover terjadi ketika perusahaan tidak melakukan perubahan nyata dan terus menerapkan budaya kerja yang toksik.

Gangguan pada Budaya Perusahaan

Setiap kali ada pergantian karyawan, ada potensi untuk gangguan dalam budaya perusahaan. Integrasi karyawan baru ke dalam budaya perusahaan memerlukan waktu dan energi, dan terlalu banyak pergantian karyawan dapat mengganggu stabilitas budaya.

Jaga Turnover Karyawan dengan Software HRIS

Tidak ada perusahaan yang mampu menghindari turnover karyawan yang tinggi.

Oleh sebab itu, tidak mungkin perusahaan dapat memuaskan seluruh karyawannya.

Bahkan perusahaan-perusahan yang masuk dalam daftar “The Best Companies to Work For”, pun mengalami turnover; walau umumnya tidak setinggi perusahaan yang lain.

Namun informasi-informasi yang ada akan membantu organisasi menjadi lebih baik.

Seperti yang dilakukan oleh sistem HRIS pada aplikasi Mekari Talenta, dalam sistem ini, informasi turnover karyawan dapat langsung disajikan dalam grafik.

Saya Mau Coba Gratis Talenta Sekarang!

Saya Mau Bertanya Ke Sales Talenta Sekarang!

Sehingga perusahaan tidak perlu melakukan perhitungan secara menual mengenai berapa jumlah karyawan yang keluar-masuk tiap bulannya.

Selain itu, exit interview juga merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi mengenai alasan mengapa karyawan memutuskan resign dari perusahaan secara lebih akurat.

Perusahaan tentunya juga dapat menggali masukan yang baik dari karyawan untuk memperbaiki situasi yang ada.

Baca juga: Pengertian, Manfaat, dan Penerapan Sistem HRIS Pada Perusahaan

Tidak Ada Kesempatan Mengembangkan Karier

‘Buat apa bertahan di perusahaan padahal tidak ada kesempatan pengembangan karier?’ Begitulah pemikiran karyawan pada masa kini. Mereka akan mengundurkan diri apabila perusahaan tidak menyediakan kesempatan bagi karyawan untuk berkembang. Kesempatan mengembangkan karier tidak hanya melalui promosi, tetapi juga kegiatan pembelajaran yang bisa mengasah kemampuan mereka.

Mengenal Pengertian Turnover dan Penyebabnya dalam Aktivitas Bisnis

Istilah turnover merupakan perputaran atau keluar masuknya karyawan yang lazim terjadi dalam organisasi atau perusahaan. Perputaran ini dapat dilihat tingkatannya apakah tepat atau cenderung menghambat kinerja perusahaan di masa kini atau mendatang. Tingkat efektivitas perputaran dapat dilihat berdasarkan jumlah tenaga kerja yang berhenti bekerja dalam periode waktu yang ditentukan.

Dilansir dari Matriano, turnover intention karyawan dalam suatu perusahaan terbagi dalam dua jenis, fungsional dan disfungsional. Jenis fungsional merupakan karyawan berkinerja rendah meninggalkan perusahaan secara sukarela, dan ini tergolong menguntungkan perusahaan. Kemudian jenis disfungsional adalah ketika karyawan berkinerja tinggi keluar dari perusahaan atas permintaannya sendiri, dalam hal ini terjadinya voluntary turnover merupakan kerugian bagi perusahaan.

Turnover disfungsional menjadi perhatian terbesar bagi manajemen karena dampak negatifnya terhadap kinerja umum perusahaan. Ada dua jenis turnover disfungsional, yaitu yang dapat dihindari serta yang tidak dapat dihindari. Perputaran/turnover yang dapat dihindari disebabkan oleh kompensasi yang rendah, ketidakcocokan pekerjaan, lingkungan kerja yang buruk, dan demotivasi.

Di sisi lain, turnover yang tidak dapat dihindari disebabkan oleh migrasi keluarga, penyakit serius, kematian, dan masalah pribadi lainnya. Perputaran yang dapat dihindari dapat dikendalikan dan organisasi perlu menerapkan strategi retensi untuk mengurangi perputaran karyawan dalam organisasi.

Fakta Tingkat Turnover yang Tinggi

Tingkat turnover berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk mencapai obyektif bisnis dan merupakan kunci yang perlu diperhatikan para eksekutif. Alasan orang-orang berhenti bekerja bervariasi dan perusahaan tidak selalu bisa menghentikannya.

Salah satu pengendali atrisi adalah demografi: pengunduran diri generasi baby boomer meningkat drastis beberapa tahun belakangan. Sedangkan milenial juga tidak menetap pada pekerjaan mereka untuk waktu yang lama, jauh berbeda dengan generasi sebelumnya. Di antara para karyawan, mereka yang berusia 60-64 tahun sudah bekerja paling tidak 10 tahun di pekerjaan terakhir mereka.

Kemudian ada isu pasokan dan tuntutan. Untuk peran tertentu dan di area tertentu, jumlah karyawan dengan skill yang tepat tidak cukup untuk memenuhi lowongan yang dibuka. Misalnya saja sering kita melihat selama bertahun-tahun terjadi kekurangan tenaga medis profesional, ilmuwan dan matematikawan, ahli perdagangan, insinyur, dan ahli IT. Tentu banyak kekurangan ini akan terus berlanjut bahkan dengan laju pengangguran yang lebih tinggi dari laju normal.

Pada akhirnya, karyawan menginginkan hal lebih dari perusahaan tempat mereka bekerja ― tidak hanya uang. Bahkan generasi baby boomer mencari lebih dari gaji yang stabil dan menyatakan bahwa bekerja untuk perusahaan dengan misi yang bertujuan jelas adalah prioritas utama. Survei LinkedIn’s Talent Trends 2020 menunjukkan bahwa seseorang ingin bekerja untuk perusahaan dan dengan rekan yang menginspirasinya.

Beban Kerja yang Berat

Banyak karyawan yang keluar dari perusahaan karena merasa beban kerjanya terlalu berat dan tidak sebanding dengan waktu kerja. Tidak jarang mereka harus lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya. Beban kerja yang berat bukan hanya sekadar jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan, tetapi pembagian tugas yang tidak merata sehingga dirasa memberatkan karyawan.

Kompensasi yang Tidak Memadai

Gaji dan tunjangan yang tidak sesuai dengan harapan karyawan bisa menjadi penyebab utama employee turnover rate yang tinggi. Ketika karyawan merasa bahwa upah mereka tidak sebanding dengan beban kerja atau standar industri, mereka cenderung mencari peluang di tempat lain yang menawarkan kompensasi lebih baik.

Lingkungan kerja yang toxic dan budaya kerja yang saling sikut bisa menjadi penyebab turnover karyawan yang tinggi. Ketika karyawan merasa tidak nyaman, tertekan, atau tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari manajemen, loyalitas mereka terhadap perusahaan akan menurun. Budaya organisasi yang buruk menghasilkan ketidakpuasan dan ketidakstabilan, yang pada akhirnya mendorong karyawan untuk resign.

Karyawan yang tidak melihat jalur karier yang jelas atau tidak mendapatkan peluang berkembang secara profesional mungkin merasa stagnan di perusahaan. Ketika mereka merasa tidak ada ruang untuk kemajuan, mereka berpotensi mencari posisi di perusahaan lain yang menawarkan pertumbuhan karier lebih menjanjikan.

Masalah yang Akan Terjadi Jika Turnover Karyawan Tinggi

Umumnya, laju employee turnover yang tinggi merupakan sinyal pertanda adanya masalah ― bisa jadi permasalahan perusahaan dalam proses rekrutmen, budaya perusahaan, struktur keuntungan dan kompensasi, manajer individual, pola training dan progres karir, dan lain sebagainya.

Laju employee turnover harus dilihat lagi konteksnya, kemudian juga industrinya; misalnya perhotelan dan ritel biasanya mempunyai perputaran karyawan yang lebih tinggi daripada rata-rata. Sebuah perusahaan seharusnya menjadikan laju turnover sebagai tolok ukur lintas bisnis serupa di industri tertentu untuk memahami seberapa baik mereka mempertahankan karyawannya.